…tak bisakah kau menungguku
hingga nanti tetap menunggu
tak bisakah kau menuntunku
menemani jalan hidupku…
Potongan lagu Tak Bisakah yang merupakan original sound track (OST) film Alexandria ini membuat sedikitnya 20 ribu orang di Stadion Swakarya Muara Teweh, Kalteng berjingkrak. Ariel bersama personel Peterpan lain menyanyikannya dengan bersemangat. Meskipun baru dirilis, massa tampaknya begitu cepat beradaptasi. Bukti betapa dahsyat kekaguman pada sang idola.
Di tengah popularitas yang terus melambung, band asal Bandung ini harus road show keliling Indonesia. Diusung oleh LA Lights dalam tema “Fully Loaded”, mereka bukan sekadar manggung di kota-kota besar, tetapi juga hingga ke pelosok. Yeah, posting kali ini sekadar bagi-bagi cerita, karena saya berkesempatan mengiringi perjalanan Peterpan untuk konser dari kota Banjarmasin di Kalsel ke kota Muara Teweh di Kalteng, Senin malam kemarin.
Berbincang-bincang dengan semua personel Peterpan, satu pesawat pergi-pulang, satu hotel (pasti tidak satu kamar hehehe) dan satu meja makan. Kepada istri saya bilang, kalau terjadi sesuatu di pesawat, saya kan bakal ikutan beken – setidaknya karena bersama Peterpan. Syukurlah, semua berjalan lancar.
Anak-anak muda asal Bandung ini menutup show di Kalimantan dengan manggung di Teweh, kota yang bila ditengok dalam peta berada persis di tengah-tengah pulau Kalimantan.
Istirahat seharian usai manggung di Banjarmasin, Peterpan harus berangkat pagi-pagi ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin untuk menuju Muara Teweh. Senin (21/11), dengan mencarter pesawat Cassa 212 beregister PK VSA milik PT Dirgantara Air Service (DAS), pesawat dijadwalkan take off menuju Bandara Beringin Muara Teweh pukul 7 pagi lewat sedikit.
Dahsyatnya magnet popularitas Peterpan, bahkan sepagi itu sudah cukup banyak penggemar mereka menunggu di bandara. Rata-rata ingin foto bersama dan meminta tandatangan. Ariel, Lukman, Uki, Reza, Indra dan Andika dengan baik hati bergantian melayani mereka. Namun ketika suasana semakin crowded karena serbuan penggemar bertambah, para personel Peterpan digiring menuju VIP Lounge. Di lounge pun masih ada yang nekat menerobos masuk. Sampai akhirnya Ariel cs “diamankan” di ruang foot reflexy yang sedikit lebih tertutup.
Tak lebih 10 menit duduk di lounge, pesawat sudah siap berangkat. Bagi personel Peterpan, menumpang pesawat kecil seperti Cassa adalah hal biasa. Maklum, mereka sering juga terbang rute Jakarta-Bandung dengan pesawat kecil jenis ini. Karena itu, mereka tampak enjoy, masuk ke kabin pesawat sambil terus bercanda. Dodot, salah seorang kru manajemen Peterpan malah sempat bergaya bak pramugari mengajarkan cara memakai sabuk pengaman.
Terbang sepagi itu tentu saat yang baik untuk melanjutkan tidur. Tak heran, dalam hitungan menit, sebagian besar penumpang, termasuk anak-anak Peterpan, hanyut dalam lelap. Saya sulit memejamkan mata karena suara mesin pesawat lumayan mengganggu. Karena itu saya memilih menikmati pemandangan di luar jendela pesawat – sekaligus memotret tentu saja.
Bagi personel Peterpan, perjalanan ke Muara Teweh, meskipun dengan pesawat (bayangkan, 12 jam bila lewat darat!) memang cukup menguras tenaga. Maklum, hari-hari sebelumnya mereka dikejar jadwal yang sangat padat. Bayangkanlah betapa lelahnya: seusai konser di Pontianak (16/11), mereka harus balik lagi ke Jakarta untuk menghadiri acara Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2005 di JCC (18/11). Acara AMI Awards yang mendapuk Peterpan berhak atas 7 penghargaan itu berlangsung hingga larut malam, sementara subuh sebelum pukul 6 pagi mereka sudah harus stand by di bandara Soekarno Hatta untuk terbang ke Banjarmasin dengan flight pagi. Setelah istirahat sebentar, malamnya mereka harus konser di stadion 17 Mei.
“Ya… jadwalnya memang diatur padat supaya waktunya cukup. Kami sih kuat-kuat saja karena memang enjoy melakukan semua ini. Yang penting setiap ada kesempatan istirahat, kami istirahat,” kata Ariel, ketika saya tanya bagaimana mereka menjaga stamina. Usai konser di Teweh mereka terbang lagi ke Banjarmasin untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta, lantas pada hari yang sama harus ke Pekan Baru untuk konser di sana.
Padatnya jadwal membuat mereka tak bisa menyembunyikan lelah. Hebatnya, anak-anak muda ini memang tampak energik dan mencintai pekerjaannya. Mungkin rasa lelah itu terbayar oleh kenyataan bahwa mereka di usia semuda sekarang adalah artis top yang lagi naik daun, kaya prestasi, laris order dan karena itu tentu saja berduit.
Satu jam lebih 15 menit telah berlalu, ketika pesawat mulai terbang rendah menuju bandara. Lekuk-lekuk sungai yang membelah kota Muara Teweh tampak cantik. Pesawat mendarat dengan sempurna dan membangunkan para penumpang yang tertidur. Pilot dan copilot tak ketinggalan menyalami Ariel, sekaligus mengajak foto bareng. Di luar, ketika pintu pesawat dibuka, puluhan penggemar Peterpan telah menunggu dengan HP berkamera di tangan kanan dan kertas plus spidol di tangan kiri.
Yang luar biasa, penggemar yang berdesak-desakan itu tidak semuanya ABG. Sebagian besar malah ibu-ibu. Pemandangan serupa terjadi ketika kami tiba di penginapan, melakukan check sound, hingga saat perjalanan pulang. Pas konser? Jangan ditanya… pastilah mereka dikerubuti.
Eh, sedikit bocoran… ada juga lho yang ngotot minta tandatangan dan foto bareng sama saya — dan saya dengan cuek mengiyakan saja. Entahlah, mungkin karena mereka melihat sesungguhnya saya lebih punya tampang artis daripada Ariel cs hehehe…
0 komentar:
Posting Komentar